Saturday, 30 April 2016

Break Even Point

Posted by Unknown at 03:14 0 comments
Break even point adalah titik dimana Entity/company/business dalam keadaan belum memperoleh keuntungan, tetapi juga sudah tidak merugi. Break Even point atau BEP dapat diartikan suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan / profit.

BEP dapat diartikan suatu keadaan di  mana  dalam  operasi  perusahaan, perusahaan  tidak  memperoleh  laba  dan tidak  menderita  rugi  (penghasilan   yang dinilai  menggunakan  total  biaya).  Tetapi analisa  BEP  tidak  hanya  semata-mata untuk  mengetahui  keadaan  perusahaan apakah  mencapai  titik  BEP,  akan  tetapi analisa  BEP  mampu  memberikan informasi  kepada  pinjaman  perusahaan mengenai  berbagai  tingkat  volume penjualan,  serta  hubungannya  dengan kemungkinan  memperoleh  laba  menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.

Asumsi Break Event Point
Asumsi dasar dalam analisa breakevent, antara lain :
a.       Biaya dapat diklasifikasikan kedalam komponen biaya variabel dan biaya tetap.
b.      Total biaya variabel berubah secara proporsional dengan volume produksi atau penjualan, sedangkan total   biaya variabel per unit tetap konstan.
c.       Total biaya tetap tidak mengalami perubahan, meskipun ada perubahan volume produksi atau penjualan, sedangkan biaya tetap per unit akan berubah karena adanya perubahan volume kegiatan.
d.      Harga jual per unit tidak akan berubah selama periode melakukan analisa.
e.       Perusahaan hanya membuat dan menjual satu jenis produk. Jika membuat dan menjual lebih dari satu jenis produk, maka perbandingan penghasilan
f.       Penjualan antara masing-masing produk (disebut sebagai Sales Mix) akan tetap konstan.
g.      Kapasitas produksi pabrik relatif konstan.
h.      Harga faktor produksi relatif konstan.
i.        Efisiensi produksi tidak berubah.
j.        Perubahan pada persediaan awal dan akhir jumlahnya tidak berarti.
k.      Volume merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi biaya.

Konsep break even pointyaitu sebagai berikut :
1)      Perencanaan Penjualan atau Produksi
Pada setiap awal periode perusahaan sudah harus mempunyai perencanaan produksi  dan penjualan.  Rencana produksi dan penjualan bisa direncanakan dengan menggunakan konsep break even point.

2)      Perencanaan Harga Jual Normal
Salah satu keputusan yang harus diambil oleh manajer keuangan adalah penentuan harga jual.  Harga jual merupakan sejumlah uang yang dibayarkan oleh pembeli untuk mendapatkan barang/jasa yang diinginkan.  Bagi perusahaan harga jual harus bisa menutup semua biaya dan target keuntungan.  Apabila tidak bisa menutup target laba, apalagi biaya yang dikeluarkan berarti perusahaan dalam kondisi rugi.  Dalam membuat rencana harga jual, perusahaan mendasarkan pada proyeksi penjualan yang telah direncanakan, serta target laba pada periode yang bersangkutan.

3)      Perencanaan Metode Produksi
Analisis break even point ini juga sering digunakan untuk menentukan alternatif pemilihan metode produksi atau mesin produksi.  Ada mesin produksi yang mempunyai karakteristik biaya tetap rendah tetapi biaya variabel tinggi (sering disebut padat karya) atau biaya tetap tinggi tetapi biaya variabel perunit rendah (sering disebut padat modal).  Dari dua pilihan tersebut, mana yang akan dipilih apakah dengan padat karya (labour intencive) atau padat modal (capital intencive)? Untuk memilih alternatif mana yang terbaik, bisa digunakan analisis biaya, laba, dan volume (cost, profit, volume analysis).

4)      Titik Tutup Pabrik
Apabila kondisi perusahaan sudah menunjukkan biaya total melebihi penjualan
totalnya, yang artinya bahwa perusahaan beroperasi dibawah titik break even, apakah perusahaan sebaiknya ditutup atau tetap dipertahankan.  Untuk itu manajemen harus menganalisis apakah kondisi yang demikian akan berlanjut dalam waktu yang relatif lama, atau tidak.  Ada kemungkinan manajemen harus memutuskan untuk menghentikan sementara atau seterusnya apabila kondisi sudah sedemikian parahnya.  Alat yang dapat digunakan manajemen  dalam mengadakan analisis penutupan perusahaan tersebut adalah analisis titik tutup pabrik atau sering disebut shut down point.  Apabila perusahan beroperasi dibawah break even point berarti perusahaan secara akuntansi mengalami kerugian   namun secara cash flow atau aliran kas perusahaan masih mendapatkan sisa kas, selama penerimaan pengahasilan masih bisa menutup biaya variabel dan biya tetap tunai.  Biaya tetap tunai adalah biaya tetap yang dikeluarkan secara tunai seperti pembayaran gaji, biaya promosi, sewa gedung, dan biaya tetap tunai lainnya.  Artinya pada kondisi tersebut perusahan masih bisa membayar gaji karyawannya, walaupun untuk membayar biaya tetap tidak tunai (penyusutan) tidak mencukupi.  Tetapi kalau penerimaan penjualan tidak bisa menutup biaya variabel dan biaya tetap tunai, maka perusahaan sudah harus ditutup.

Jenis Biaya Berdasarkan Break Even (Titik Impas).
Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut:
·         Variabel Cost (biaya Variabel)
Variabel cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan volume penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya variabel total. Dalam pengertian ini biaya variabel dapat dihitung berdasarkan persentase tertentu dari penjualan, atau variabel cost per unit dikalikan dengan penjualan dalam unit.

·         Fixed Cost (biaya tetap)
Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh volume penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu(function of time) sehingga jenis biaya ini akan konstan selama periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi, bunga. Berproduksi atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan.

·         Semi Varibel Cost
Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian tetap, yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya yang tergolong jenis ini misalnya: Sales expense atau komisi bagi salesman dimana komisi bagi

Rumus Perhitungan BEP
1.      BEP-Rupiah      =   Total Fixed Cost                            x  Harga jual / unit
                          Harga jual per unit - variable cost                                                                              

2.      BEP-Unit           =          Fixed Cost
                                            Harga Jual – Variabel Cost
3.      BEP untuk produk ganda = FC/ [(1-v/c)xWi]
Keterangan :
·  Biaya Tetap(FC) adalah biaya yang jumlahnya tetap walaupun usaha anda tidak sedang berproduksi seperti biaya gaji karyawan, biaya penyusutan peratalan usaha, biaya asuransi. Dll.
·       Biaya Variable (VC) adalah biaya yang jumlahnya akan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah produksi. Misalnya bahan baku, bahan bakar, biaya listrik dll.
·        Harga per unit adalah harga jual barang atau jasa yang dihasilkan.
·      Biaya Variable per unit adalah total biaya variable dibagi dengan jumlah unit yang di produksi atau dengan kata lain biaya rata-rata per unit.
·        Margin Kontribusi per unit adalah selisih harga jual per unit dengan biaya variable per unit.
·       Wi: presentasi dari total penjualan (Rp) tiap produk, disebut bobot kontribusi margin.
Contoh Kasus BEP
Contoh 1
Fixed Cost suatu toko sepatu : Rp.500.000,-
Variable cost    Rp.10.000 / unit
Harga jual   Rp. 20.000 / unit
Maka BEP per unitnya adalah

 BEP        =       Fixed Cost
                             Harga Jual – Variabel Cost

   BEP     =            Rp.500.000
                                20.000 – 10.000
               = 50 unit

Artinya perusahaan perlu menjual 50 unit sepasang sepatu agar terjadi break even point. Pada pejualan unit ke 51, maka took itu mulai memperoleh keuntungan.

Contoh BEP untuk menghitung berapa uang penjualan yang perlu diterima agar terjadi BEP :

Total Fixed Cost
__________________________________   x  Harga jual / unit
Harga jual per unit - variable cost
Dengan menggunakan contoh soal sama seperti diatas maka uang penjualan yang harus diterima agar terjadi BEP adalah
Rp.500.00              x Rp.20.000 = Rp.1.000.000,
20.000 – 10.000

Sumber:

Analisis Sumber & Penggunaan Modal Kerja

Posted by Unknown at 02:55 0 comments
Analisis sumber dan penggunaan modal kerja atau sering disebut juga dengan analisis aliran dana, merupakan alat analisis finansial yang digunakan untuk mengetahui darimana dana didapatkan dan untuk apa dana tersebut dibelanjakan. Dengan demikian aliran dana dapat dikatakan sebagai dasar atau titik awal pembentukan suatu perusahaan hingga berlangsungnya suatu perusaahaan Analisis sumber - sumber dan penggunaan modal kerja digunakan untuk mengetahui sumber serta penggunaan modal kerja selama periode tertentu.

Pada laporan tahunan perusahaan, modal kerja didefinisikan sebagai aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar. Jhon Fred Weston dan Thomas E.Copeland (1996 : 327) menjelaskan bahwa modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk uang tunai, surat berharga, piutang dan persediaan, dikurangi dengan kewajiban lancar yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar.

1.      Konsep kuantitatif
Konsep ini Menitik beratkan kepada kuantum yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin atau menunjukkan jumlah dana yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva lancar. Konsep ini tidak mementingkan kualitas dari modal kerja, apakah modal kerja dibiayai para pemilik, hutang jangka pendek, sehingga dengan modal kerja yang besar tidak apat mencerminkan tingkat keamanan para kreditur jangka pendek yang besar juga.

2.      Konsep Kualitatif
Konsep ini menitik beratkan pada kualitas modal kerja, pengertian modal kerja dalam konsep ini adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang lancar. Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar dari hutang lancar dan menunjukkan pula tingkat keamanan bagi para kreditur jangka pendek, serta menjamin kelangsungan operasi dimasa mendatang dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman jangka pendek dengan jaminan lainnya. 3.Konsep Fungsional Konsep ini menitik beratkan pada fungsi dana yang dimiliki dalam rangka menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan.

3.      Konsep Fungsional
Konsep ini menitik beratkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan, pada dasarnya dana-dana yang dimiliki oleh perusahaan seluruhnya akan digunakan untuk menghasilkan laba periode ini (current income), ada sebagian dana yang akan digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba di masa yang akan datang. Misalnya : Bangunan, mesin-mesin, pabrik, alat-alat kantor dan aktiva tetap lainnya.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Modal Kerja
Modal kerja yang cukup memang sangat penting bagi suatu perusahaan. Menurut Munawir S (1995 : 117) untuk menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup oleh suatu perusahaan bukanlah hal yang mudah. Karena modal kerja yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan tergantung atau dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
a)      Sifat atau tipe dari perusahaan
Modal kerja dari suatu perusahaan jasa relatif akan lebih rendah bila dibandingkan dengan kebutuhan modal kerja perusahaan industri, karena untuk perusahaan jasa tidak memerlukan investasi yang besar dalam kas, piutang maupun persediaan. Kebutuhan uang tunai untuk membayar pegawainya maupun untuk membiayai operasinya dapat dipenuhi dari penghasilan atau penerimaan-penerimaan saat itu juga, sedangkan piutang biasanya dapat ditagih dalam waktu yang relatif pendek. Sifat dari perusahaan jasa biasanya memiliki atau harus menginvestasikan modal-modalnya sebagian besar pada aktiva tetap yang digunakan untuk memberikan pelayanan atau jasanya kepada masyarakat.
Sedangkan untuk perusahaan industri, keadaan sangatlah ekstrim karena perusahaan industri harus mengadakan investasi yang cukup besar dalam aktiva lancar agar perusahaan tidak mengalami kesulitan dalam operasinya sehari-hari.

b)      Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual serta harga persatuan barang tersebut.
Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung dengan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang yang akan dijual maupun bahan dasar yang akan diproduksi sampai barang tersebut dijual. Karena semakin panjang waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang tersebut semakin besar pula modal kerja yang dibutuhkan. Disamping itu pokok persatuan barang untuk mempengaruhi besar kecilnya modal kerja yang dibutuhkan.

c)      Syarat pembelian bahan atau barang dagang
Syarat pembelian barang dagangan atau bahan dasar yang akan dibutuhkan untuk memproduksi barang sangat mempengaruhi jumlah modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Jika syarat kredit yang diterima pada waktu pembelian yang menguntungkan, semakin sedikit uang kas yang harus diinvestasikan dalam persediaan bahan atau barang dagangan, sebaliknya bila pembayaran atas bahan atau barang yang dibeli tersebut harus dilakukan dalam jangka waktu yang pendek maka uang kas yang diperlukan untuk membiayai persediaan semakin besar pula.

d)     Syarat penjualan
Semakin lunak kredit yang digunakan oleh perusahaan kepada para pembeli akan mengakibatkan semakin besar jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam sektor piutang. Untuk memperendah dan memperkecil jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam piutang dan untuk memperkecil adanya piutang yang tidak dapat ditagih, sebaiknya perusahaan memberikan potongan tunai kepada pembeli, karena dengan begitu pembeli akan tertarik untuk membayar hutangnya dalam periode diskonto tersebut.

e)      Tingkat perputaran persediaan
Tingkat perputaran persediaan menunjukkan berapa kali persediaan tersebut diganti dalam arti dibeli atau dijual kembali. Semakin tingkat perputaran persediaan tersebut maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan (terutama yang harus diinvestasikan dalam persediaan) semakin rendah. Untuk dapat mencapai tingkat perputaran yang tinggi, maka harus diadakan perencanaan dan pengawasan pekerjaan secara teratur dan efisien. Selain itu semakin cepat atau semakin tinggi perputaran akan semakin memperkecil resiko kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau karena perubahan selera konsumen, disamping itu menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut.

Penggunaan Modal Kerja
Penggunaan modal kerja akan mengakibatkan perubahan bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan, tetapi penggunaan aktiva lancar tidak selalu diikuti dengan berubahnya atau turunnya jumlah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan.

Penggunaan yang mengakibatkan turunnya modal kerja adalah sebagai berikut :

1)      Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan.
2)      Kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahaan karena adanya penjualan surat-surat berharga atau efek, maupun kerugian insidentil lainnya.
3)      Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan tertentu dalam jangka panjang.
4)      Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atau aktiva lancar lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar atau timbulnya hutang lancar yang berakibat berkurangnya modal kerja.
5)      Pembayaran hutang-hutang jangka panjang yang meliputi hutang hipotik, hutang obligasi maupun bentuk hutang lainnya, serta penarikan atau pembelian kembali saham perusahaan yang beredar, atau adanya penurunan hutang jangka panjang diimbangi dengan berkurangnya aktiva lancar.
6)      Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadinya. Dengan kata lain adanya penurunan sektor modal yang diimbangi dengan berkurangnya aktiva lancar atau bertambahnya hutang lancar dalam jumlah yang sama.

sumber: 



 

my room Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting