Sunday, 19 June 2016

STRUKTUR MODAL

Posted by Unknown at 06:05 0 comments
Struktur Modal

Struktur modal adalah perbandingan nilai hutang dengan nilai modal sendiri yang tercermin pada laporan keuangan akhir tahun.

Komponen Struktur Modal 

Struktur modal suatu perusahaan secara umum terdiri atas dua komponen (Riyanto, 2001:227) yaitu: 1) Modal asing atau hutang jangka panjang Modal asing atau hutang jangka panjang adalah hutang jangka dengann jangka waktu umumnya lebih dari sepuluh tahun. Hutang jangka panjang ini pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar. 
Komponen - komponen hutang jangka panjang ini terdiri dari: 
  • .Hutang hipotik (mortgage) Hutang hipotik adalah bentuk hutang jangka panjang yang dijamin dengan aktiva tidak bergerak (tanah dan bangunan). 
  • Obligasi (bond) Obligasi adalah sertifikat yang menunjukan pengakuan bahwa perusahaan meminjam uang dan menyetujui untuk membayarnya kembali dalam jangka waktu tertentu. 

Pelunasan atau pembayaran kembali obligasi dapat diambil dari penyusutan aktiva tetap yang dibelanjai dengan pinjaman obligasi tersebut dan dari keuntungan. 

Pengertian Struktur Modal Struktur modal merupakan komposisi pendanaan ekuitas (modal sendiri) dan utang pada suatu perusahaan (Wild et al., 2005). Struktur modal sering kali dihitung berdasarkan besaran relatif berbagai sumber pendanaan. Stabilitas keuangan perusahaan serta risiko gagal melunasi utang tergantung pada sumber pendanaan serta jenis dan jumlah berbagai aktiva yang dimiliki perusahaan. Struktur modal dapat diartikan sebagai paduan sumber dana jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan (Keown et al., 2000). Sedangkan menurut Awat (1999) struktur modal adalah proporsi antara utang jangka panjang dan modal sendiri. Demikian pula menurut Riyanto (2001) bahwa struktur modal adalah perimbangan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal Menurut Riyanto (2001) besar kecilnya struktur modal yang digunakan perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:

  1. Tingkat bunga yang berlaku saat manajemen akan menentukan struktur modal akan mempengaruhi jenis modal apa yang akan digunakan, apakah menggunakan saham atau obligasi. Penggunaan obligasi hanya dibenarkan jika tingkat bunga obligasi lebih rendah daripada earning power dari tambahan modal tersebut.
  2. Stabilitas earning Stabilitas dan besarnya earning yang diperoleh perusahaan akan menentukan apakah perusahan dibenarkan untuk menggunakan modal dengan beban tetap (utang) atau tidak. Jika perusahaan memiliki earning yang stabil maka perusahaan akan mampu memenuhi kewajiban finansialnya, sebaliknya perusahaan yang memiliki earning tidak stabil akan menghadapi risiko tidak dapat membayar beban bunga atau angsuran utangnya pada tahun-tahun atau kondisi yang buruk.
  3. Susunan aktiva Pada kebanyakan perusahaan industri atau manufaktur di mana sebagian besar dari modalnya tertanam dalam aktiva tetap, akan cenderung mengutamakan penggunaan modal sendiri sedang modal asing atau utang hanya sebagai pelengkap. Sedangkan perusahaan yang sebagian besar aktivanya terdiri atas aktiva lancar akan menggutamakan pemenuhan kebutuhan dananya dengan utang jangka pendek.
  4.   Risiko aktiva Risiko yang melekat pada setiap aktiva perusahaan belum tentu sama. Semakin panjang jangka waktu penggunaannya maka risikonya semakin besar. Jika perusahaan memiliki aktiva yang peka terhadap risiko maka perusahaan harus memilih banyak menggunakan modal sendiri yang relatif tahan risiko, dan sedapat mungkin mengurangi penggunaan modal asing (utang) yang memiliki risiko lebih tinggi dibanding modal sendiri.
  5. Jumlah modal yang dibutuhkan Jumlah modal yang dibutuhkan atau diperlukan dapat mempengaruhi struktur modal. Jika modal yang dibutuhkan sangat besar maka dirasakan perlu bagi perusahaan untuk menggunakan beberapa sekuritas secara bersamaan, misalnya mengeluarkan saham dan obligasi secara bersamaan.
  6.  Keadaan pasar modal Kondisi pasar sering mengalami perubahan yang disebabkan oleh banyak faktor. Oleh karena itu, dalam rangka memperoleh dana melalui penjualan sekuritas perusahaan harus memperhatikan kondisi pasar modal. Ketika investor menyukai menanamkan dananya dalam pembelian saham, maka pada waktu itu perusahaan lebih baik melakukan penerbitan saham.
  7.  Sifat manajemen Bagi manajemen yang optimis terhadap masa depan perusahaan, umumnya akan berani menangung risiko yang besar (risk seeker), sehingga akan lebih berani menggunakan utang untuk memenuhi kebutuhan dana perusahaan. Sebaliknya manajer yang bersifat pesimis dan tidak menyenangi risiko (risk averter) akan lebih suka menggunakan sumber dana intern untuk memenuhi kebutuhan dananya.
  8. Besarnya perusahaan Suatu perusahaan yang tergolong besar di mana sahamnya tersebar sangat luas, penambahan saham untuk memenuhi kebutuhan dana tidak banyak mempengaruhi kekuasan atau pengendalian pemegang saham mayoritas. Oleh karena itu, perusahaan besar umumnya lebih menyukai melakukan penerbitan saham baru untuk memenuhi kebutuhan dananya.

uurl:





KEPUTUSAN INVESTASI MODAL

Posted by Unknown at 05:50 0 comments
Keputusan investasi modal berkaitan dengan proses perencanaan, penetapan tujuan dan prioritas, pengaturan pendanaan, dan penggunaan kriteria tertentu untuk memilih aktiva jangka panjang. Karena kebutuhan investasi modal menempatkan sejumlah besar sumberdaya pada risiko jangka panjang dan secara simultan mempengaruhi perkembangan perusahaan dimasa depan., maka hal itu merupakan salah satu keputusan terpenting yang dibuat oleh manajer.
Proses pengambilan keputusan investasi modal seringkali disebut sebagai penganggaran modal. Ada dua jenis proyek penganggaran modal yaitu : proyek independen & proyek saling eksklusif. Proyek independen adalah proyek yang jika diterima atau ditolak, tidak akan mempengaruhi arus kas proyek lainnya.

·         MODEL NONDISKONTO
Model dasar untuk keputusan investasi modal dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori utama:
  • Model Nondiskonto, mengabaikan nilai waktu dari uang.
  • Model Diskonto, mempertimbangkan secara eksplisit.


Banyak perusahaan tampaknya menggunakan kedua model tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa kedua kategori memberikan informasi yang berguna bagi manajer pada waktu mereka harus membuat keputusan investasi modal.

·         MODEL DISKONTO
 Metode Nilai Sekarang Bersih (NPV) Model diskonto secara eksplisit mempertimbangkan nilai waktu dari uang, dan oleh karena itu memasukkan konsep diskonto arus kas masuk dan arus kas keluar. Dua model diskonto akan dipertimbangkan : nilai sekarang bersih (NPV) dan tingkat pengembalian internal (IRR).

Definisi NPV
NPV merupakan selisih antara nilai sekarang dari arus kas masuk dan arus kas keluar yang berhubungan dengan suatu proyek. Tingkat pengembalian yang diperlukan adalah tingkat pengembalian minimum yang dapat diterima. Hal itu juga disebut sebagai tingkat diskonto, tingkat rintangan/tingkat batas, dan biaya modal.      
 Nilai NPV yang positif menandakan bahwa :
  1.  Investasi awal telah tertutupi
  2. Tingkat pengembalian yang diperlukan telah dipenuhi
  3. Pengembalian yang melebihi dari (1) dan (2) telah diterima.

Jadi, jika NPV > 0, maka investasi tersebut menguntungkan dan karena itu dapat diterima. Jika NPV = 0, pengambil keputusan  dapat menerima atau menolak investasi itu. Akhirnya jika NPV < 0, maka investasi sebaiknya ditolak.

Jenis-jenis keputusan investasi modal adalah:
1.        Keputusan pengurangan biaya
2.        Keputusan pelunasan pabrik dan fasilitas penggudangan
3.        Keputusan pemilihan mesin
4.        Keputusan untuk membeli atau menyewa
5.        Keputusan penggantian peralatan

Keputusan investasi modal dapat dibagi menjadi 2 kelompok
  1. Keputusan penyaringan (Screening decision) dalah jenis keputusan yang berkaitan dengan apakah usulan proyek investasi memenuhi standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
  2. Keputusan pemilihan (Preference decision) jenis keputusan yang berkaitan dengan pemilihan beberapa alternative usulan proyek investasi.


url:

Sunday, 1 May 2016

Belajar Break Even Point (BEP)

Posted by Unknown at 00:50 0 comments
Dalam ilmu ekonomi, terutama akuntansi biayatitik impas (break even point) adalah sebuah titik dimana biaya atau pengeluaran dan pendapatan adalah seimbang sehingga tidak terdapat kerugian atau keuntungan.
untuk menghitungnya bisa menggunakan rumus
Atas dasar unit
A.    Rumus-berdasar unit



·           TR : Pendapatan total/Total Revenue
·           TC : Biaya total/Total Cost
·           TFC: Biaya tetap total
·           P :Harga
·           V :Biaya variabel per unit

B.     Rumus berdasar nilai

  FC
  BEP = --------------
           1 - VC
                P
·           FC : Biaya Tetap
·           P : Harga jual per unit
·           VC : Biaya Variabel per unit

BEP amatlah penting kalau kita membuat usaha agar kita tidak mengalami kerugian, apa itu usaha jasa atau manufaktur, diantara manfaat BEP  adalah :
1.      Alat perencanaan untuk hasilkan laba.
2.  Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.
3.      Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan
4.      Mengganti system laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti

Setelah kita mengetahui betapa manfaatnya BEP dalam usaha yang kita rintis, kompenen yang berperan disini yaitu biaya, dimana biaya yang dimaksud adalah biaya variabel dan biaya tetap, dimana pada prakteknya untuk memisahkannya atau menentukan suatu biaya itu biaya variabel atau tetap bukanlah pekerjaan yang mudah, Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh kita untuk produksi ataupun tidak, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produksi jadi kalau tidak produksi maka tidak ada biaya ini
Salah satu kelemahan dari BEP yang lain adalah Bahwa hanya ada satu macam barang yang diproduksi atau dijual. Jika lebih dari satu macam maka kombinasi atau komposisi penjualannya (sales mix) akan tetap konstan. 


Sumber:


Saturday, 30 April 2016

Break Even Point

Posted by Unknown at 03:14 0 comments
Break even point adalah titik dimana Entity/company/business dalam keadaan belum memperoleh keuntungan, tetapi juga sudah tidak merugi. Break Even point atau BEP dapat diartikan suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan / profit.

BEP dapat diartikan suatu keadaan di  mana  dalam  operasi  perusahaan, perusahaan  tidak  memperoleh  laba  dan tidak  menderita  rugi  (penghasilan   yang dinilai  menggunakan  total  biaya).  Tetapi analisa  BEP  tidak  hanya  semata-mata untuk  mengetahui  keadaan  perusahaan apakah  mencapai  titik  BEP,  akan  tetapi analisa  BEP  mampu  memberikan informasi  kepada  pinjaman  perusahaan mengenai  berbagai  tingkat  volume penjualan,  serta  hubungannya  dengan kemungkinan  memperoleh  laba  menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.

Asumsi Break Event Point
Asumsi dasar dalam analisa breakevent, antara lain :
a.       Biaya dapat diklasifikasikan kedalam komponen biaya variabel dan biaya tetap.
b.      Total biaya variabel berubah secara proporsional dengan volume produksi atau penjualan, sedangkan total   biaya variabel per unit tetap konstan.
c.       Total biaya tetap tidak mengalami perubahan, meskipun ada perubahan volume produksi atau penjualan, sedangkan biaya tetap per unit akan berubah karena adanya perubahan volume kegiatan.
d.      Harga jual per unit tidak akan berubah selama periode melakukan analisa.
e.       Perusahaan hanya membuat dan menjual satu jenis produk. Jika membuat dan menjual lebih dari satu jenis produk, maka perbandingan penghasilan
f.       Penjualan antara masing-masing produk (disebut sebagai Sales Mix) akan tetap konstan.
g.      Kapasitas produksi pabrik relatif konstan.
h.      Harga faktor produksi relatif konstan.
i.        Efisiensi produksi tidak berubah.
j.        Perubahan pada persediaan awal dan akhir jumlahnya tidak berarti.
k.      Volume merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi biaya.

Konsep break even pointyaitu sebagai berikut :
1)      Perencanaan Penjualan atau Produksi
Pada setiap awal periode perusahaan sudah harus mempunyai perencanaan produksi  dan penjualan.  Rencana produksi dan penjualan bisa direncanakan dengan menggunakan konsep break even point.

2)      Perencanaan Harga Jual Normal
Salah satu keputusan yang harus diambil oleh manajer keuangan adalah penentuan harga jual.  Harga jual merupakan sejumlah uang yang dibayarkan oleh pembeli untuk mendapatkan barang/jasa yang diinginkan.  Bagi perusahaan harga jual harus bisa menutup semua biaya dan target keuntungan.  Apabila tidak bisa menutup target laba, apalagi biaya yang dikeluarkan berarti perusahaan dalam kondisi rugi.  Dalam membuat rencana harga jual, perusahaan mendasarkan pada proyeksi penjualan yang telah direncanakan, serta target laba pada periode yang bersangkutan.

3)      Perencanaan Metode Produksi
Analisis break even point ini juga sering digunakan untuk menentukan alternatif pemilihan metode produksi atau mesin produksi.  Ada mesin produksi yang mempunyai karakteristik biaya tetap rendah tetapi biaya variabel tinggi (sering disebut padat karya) atau biaya tetap tinggi tetapi biaya variabel perunit rendah (sering disebut padat modal).  Dari dua pilihan tersebut, mana yang akan dipilih apakah dengan padat karya (labour intencive) atau padat modal (capital intencive)? Untuk memilih alternatif mana yang terbaik, bisa digunakan analisis biaya, laba, dan volume (cost, profit, volume analysis).

4)      Titik Tutup Pabrik
Apabila kondisi perusahaan sudah menunjukkan biaya total melebihi penjualan
totalnya, yang artinya bahwa perusahaan beroperasi dibawah titik break even, apakah perusahaan sebaiknya ditutup atau tetap dipertahankan.  Untuk itu manajemen harus menganalisis apakah kondisi yang demikian akan berlanjut dalam waktu yang relatif lama, atau tidak.  Ada kemungkinan manajemen harus memutuskan untuk menghentikan sementara atau seterusnya apabila kondisi sudah sedemikian parahnya.  Alat yang dapat digunakan manajemen  dalam mengadakan analisis penutupan perusahaan tersebut adalah analisis titik tutup pabrik atau sering disebut shut down point.  Apabila perusahan beroperasi dibawah break even point berarti perusahaan secara akuntansi mengalami kerugian   namun secara cash flow atau aliran kas perusahaan masih mendapatkan sisa kas, selama penerimaan pengahasilan masih bisa menutup biaya variabel dan biya tetap tunai.  Biaya tetap tunai adalah biaya tetap yang dikeluarkan secara tunai seperti pembayaran gaji, biaya promosi, sewa gedung, dan biaya tetap tunai lainnya.  Artinya pada kondisi tersebut perusahan masih bisa membayar gaji karyawannya, walaupun untuk membayar biaya tetap tidak tunai (penyusutan) tidak mencukupi.  Tetapi kalau penerimaan penjualan tidak bisa menutup biaya variabel dan biaya tetap tunai, maka perusahaan sudah harus ditutup.

Jenis Biaya Berdasarkan Break Even (Titik Impas).
Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut:
·         Variabel Cost (biaya Variabel)
Variabel cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan volume penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya variabel total. Dalam pengertian ini biaya variabel dapat dihitung berdasarkan persentase tertentu dari penjualan, atau variabel cost per unit dikalikan dengan penjualan dalam unit.

·         Fixed Cost (biaya tetap)
Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh volume penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu(function of time) sehingga jenis biaya ini akan konstan selama periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi, bunga. Berproduksi atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan.

·         Semi Varibel Cost
Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian tetap, yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya yang tergolong jenis ini misalnya: Sales expense atau komisi bagi salesman dimana komisi bagi

Rumus Perhitungan BEP
1.      BEP-Rupiah      =   Total Fixed Cost                            x  Harga jual / unit
                          Harga jual per unit - variable cost                                                                              

2.      BEP-Unit           =          Fixed Cost
                                            Harga Jual – Variabel Cost
3.      BEP untuk produk ganda = FC/ [(1-v/c)xWi]
Keterangan :
·  Biaya Tetap(FC) adalah biaya yang jumlahnya tetap walaupun usaha anda tidak sedang berproduksi seperti biaya gaji karyawan, biaya penyusutan peratalan usaha, biaya asuransi. Dll.
·       Biaya Variable (VC) adalah biaya yang jumlahnya akan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah produksi. Misalnya bahan baku, bahan bakar, biaya listrik dll.
·        Harga per unit adalah harga jual barang atau jasa yang dihasilkan.
·      Biaya Variable per unit adalah total biaya variable dibagi dengan jumlah unit yang di produksi atau dengan kata lain biaya rata-rata per unit.
·        Margin Kontribusi per unit adalah selisih harga jual per unit dengan biaya variable per unit.
·       Wi: presentasi dari total penjualan (Rp) tiap produk, disebut bobot kontribusi margin.
Contoh Kasus BEP
Contoh 1
Fixed Cost suatu toko sepatu : Rp.500.000,-
Variable cost    Rp.10.000 / unit
Harga jual   Rp. 20.000 / unit
Maka BEP per unitnya adalah

 BEP        =       Fixed Cost
                             Harga Jual – Variabel Cost

   BEP     =            Rp.500.000
                                20.000 – 10.000
               = 50 unit

Artinya perusahaan perlu menjual 50 unit sepasang sepatu agar terjadi break even point. Pada pejualan unit ke 51, maka took itu mulai memperoleh keuntungan.

Contoh BEP untuk menghitung berapa uang penjualan yang perlu diterima agar terjadi BEP :

Total Fixed Cost
__________________________________   x  Harga jual / unit
Harga jual per unit - variable cost
Dengan menggunakan contoh soal sama seperti diatas maka uang penjualan yang harus diterima agar terjadi BEP adalah
Rp.500.00              x Rp.20.000 = Rp.1.000.000,
20.000 – 10.000

Sumber:

 

my room Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting