Nama :
- Eka Diana Risti - 42213800
- Fadhilah Wijayandini - 43213040
Pengertian Kemandirian
Kata kemandirian berasal dari kata dasar diri yang mendapatkan awalan ke dan akhiran an yang kemudian membentuk suatu kata keadaan atau kata benda. Karena kemandirian berasal dari kata dasar diri, pembahasan mengenai kemandirian tidak dapat dilepaskan dari pembahasan mengenai perkembangan diri itu sendiri, yang dalam konsep Carl Rogers disebut dengan istilah self (Brammer dan Shostrom, 1982) karena diri itu merupakan inti dari kemandirian. Istilah yang berkenaan dengan diri yang dikemukaan oleh para ahli sebetulnya sangat banyak, yaitu self-determinism, autonomous morality, ego integrity, the creative self, self-actualization, self-system, real self, self efficacy, self expansion, self-esteem, self-pity, self-respect, self-sentience,self-expression, self-direction, self-control, dsb.
Menurut Durkheim, sudut pandang kemandirian tumbuh dan berkembang ada 2 faktor yang menjadi prasyarat bagi kemandirian, yaitu:
- Disiplin, yaitu adanya aturan bertindak dan otoritas, dan
- Komitmen terhadap kelompok.
Pembahasan bahwa proses perkembangan manusia harus dipandang sebagai proses interaksional dinamis, yaitu mengandunng makna bahwa kemandirian berkembang melalui proses keragaman, manusia dalam kesamaan dan kebersamaan, Abraham H. Maslow (1971) membedakan kemandirian menjadi 2, yaitu:
- Kemandirian aman, dan
- Kemandirian tidak aman.
Kemandirian aman adalah kekuatan untuk menumbuhkan cinta dan kasih saying pada dunia, kehidupan, dan orang lain, sadar akan tanggung jawab bersama, dan tumbuh rasa percaya terhadap kehidupan. Kekuatan ini digunakan untuk mencintai kehidupan dan membantu orang laiun. Sedangkan kemandirian tak aman adalah kekuatan kepribadian yang dinyatakan dalam prilaku menentang dunia. Kondisi ini disebut sebagai selfish autonomy atau kemandirian mementingkan diri sendiri.
Menurut M.I.Soelaeman interaksi dan dinamika perkembangan kemandirian manusia menuju tahapan integrasi terdiri dari 5 karakteristik inheren dan esensial yang saling berinteraksi dalam kehidupan, yaitu:
- Kedirian, menunjukan pengukuhan bahwa dirinya berbeda dari orang lain.
- Komunikasi, kedirian manusia itu tidak pernah berlangsung dalam kesendirian, melainkan dalam komunikasinya dengan lingkungan fisik, lingkungan sosial, diri sendiri, maupun Tuhan.
- Keterarahan, komunikasi manusia dengan berbagai pihak itu menunjukan adanya keterarahan dalam diri manusia yang menyatakan bahwa hidupnya bertujuan.
- Dinamika, proses perwujudan dan pencapaian tujuan manusia memerlukan adanya dinamika yang menyatakan bahwa manusia memiliki pikiran, kemampuan dan kemauan sendiri untuk berbuat dan berkreasi, dan tidak menjadi objek yang dipolakan atau digerakan oleh orang lain.
- System nilai, keempat karakteristik diatas muncul secara terintegrasi dalam keterpautannya dengan sistem nilai sebagai elemen inti dari cara dan tujuan hidup.
Kemandirian yang terintegrasi dan sehat dapat dicapai melalui proses peragaman, perkembangan, dan ekspresi sistem kepribadian sampai pada tingkatan yang tertinggi.
Tingkatan Dan Karakteristik Kemandirian
Perkembangan kemandirian seseorang berlangsung secara bertahap sesuai dengan tingkatan perkembangan kemandirian tersebut.
- Tingkatan pertama, adalah tingkat impulsif dan melindungi diri.
Ciri-ciri tingkatan ini adalah.
a. Mengikuti aturan secara oportunistik dan hedonistic
b. Cenderung melihat kehidupan sebagai zero-sum game.
- Tingkatan kedua, adalah tingkat konformistik.
Ciri-ciri tingkatan ini adalah.
a. Takut tidak diterima kelompok
b. Merasa berdosa jika melanggar aturan
- Tingkatan ketiga, adalah tingkat sadar diri.
Ciri-ciri tingkatan ini adalah.
a. Mampu berpikir alternatif
b. Memikirkan cara hidup.
- Tingkatan keempat,adalah tingkat saksama ( conscientious ).
Ciri-ciri tingkatan ini adalah.
a. Sadar akan tanggung jawab
b. Peduli akan hubungan mutualistic.
- Tingkatan kelima, adalah tingkat individualistis.
Ciri-ciri tingkatan ini adalah.
a. Peningkatan kesadaran individualitas
b. Mengenal kompleksitas diri.
- Tingkatan keenam, adalah tingkat mandiri.
Ciri-ciri tingkatan ini adalah.
a. Toleran terhadap ambiguitas.
b. Responsif terhadap kemandirian orang lain.
Remaja yang berada pada tingkat mandiri menyadari bahwa sikap ketergantungan merupakan masalah emosional yang akan semakin berkembang dalam dirinya karena memahami bahwa dirinya tidak mampu bersikap realistis. Jika temuan penelitian pada umumnya menunjukan bahwa tingkat kemandirian remaja menyabar pada tingkatan sadar diri, saksama, individualistis, dan mandiri, semua ini dapat ditafsirkan secara rinci pada masing-masing tingkatan sebagai berikut.
1. Tingkat sadar diri
Ini dapat ditafsirkan bahwa remaja telah memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Cenderung mampu berpikir alternative.
b. Memikirkan cara mengarungi hidup.
2. Tingkat saksama
Ini dapat ditafsirkan bahwa remaja telah memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Sadar akan tanggung jawab.
b. Peduli akan hubungan mutualistic.
3. Tingkat individualistis
Ini dapat ditafsirkan bahwa remaja telah memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Memiliki kesadaran yang lebih tinggi akan individualitas.
b. Sadar akan eksistensi perbedaan individual.
4. Tingkat mandiri
Ini dapat ditafsirkan bahwa remaja telah memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Telah memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan.
b. Menghargai kemandirian orang lain.
Upaya pengembangan kemandirian remaja
Sesuai dengan fase perkembangannya, upaya pengembangan kemandirian remaja seyogianya dilakukan melalui:
- penciptaan keterbukaan komunikasi dalam keluarga.
- penciptaan kebebasan mengeksplorasi lingkungan.
- penciptaan komunikasi empatik dengan remaja.
- penciptaan kehangatan interaksi dengan remaja.
Faktor-faktor yang memengaruhi kemandirian remaja.
- Gen atau keturunan orang tua.
- Pola asuh orang tua.
- Sistem pendidikan di sekolah.
- Sistem kehidupan di masyarakat.
Sumber : Mohammad Ali, dkk. 2009.
Buku Psikologi Remaja, Perkembangan peserta didik-Perkembangan Kemandirian. Jakarta: Bina Aksara